SENI TARI PENTAS SENI DAYAH ULUMUDDIN LHOKSEUMAWE

Meninjau Kembali Buku Tahfizh Ulumuddin


A.    Pendahuluan :
            Buku tahfizh Dayah Ulumuddin merupakan buku panduan yang berisi tentang tata cara serta jadwal setoran tahfizh para santriwan dan santriwati dayah Ulumuddin, buku ini dilengkapi pula dengan berbagai macam ilmu tajwid yang dikemas secara ringkas, hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan santri dalam memahami tata cara ilmu tajwid yang baik dan benar, Kemudian diakhir halaman buku ini, Penulis melengkapi buku ini dengan berbagai macam Dzikir dzikir, dintaranya dzikir setelah shalat dan dzikir shamadiah.
            Kami sangat mengapresiasikan buku ini, dan kami sangat bangga terhadap ulumuddin yang telah mampu untuk menyusun sebuah buku, namun ibarat kata pepatah “Tiada Gading Yang Tidak Retak” , Maksudnya dalam buku ini masih ada beberapa hal yang perlu ditinjau kembali, karena itu kami dari tim penulis makalah ringkas ini ingin sedikit mempelajari dan meninjau kembali buku ini, dengan mengharapakan ridha Allah SWT serta hidayahnya semoga makalah ringkas ini bernilai ibadah dan bermanfaat bagi kita semua.

B.    Pembahasan
                   I.            الأذكار عند الصمدية
Shamadiyah adalah bacaan-bacaan yang minimal biasanya dimulai dengan istighfar, shalawat kepada Nabi SAW, membaca Surat al-Ikhlas, al-Falaq, al-Nash dan Surat al-Fatihah, kemudian membaca tahlil (membaca kalimat La ilaha illallah) dan ditutup dengan do’a dengan bermohon mudah-mudahan bacaan-bacaan tersebut dapat bermanfaat bagi orang yang sudah meninggal. Disebut dengan nama shamadiyah karena bacaan yang banyak dibaca adalah Surat al-Ikhlash, sedangkan Surat al-Ikhlash ini disebut juga dengan Surat al-Shamad sebab ada penyebutan lafazh al-shamad di dalamnya[i].
Pembacaan samadiah merupakan adat yang sudah di lakukan oleh masyarkat Aceh secara turun menurun, Ketika ada yang meninggal maka masyarakat Aceh biasanya melakukan acara pembacaan shamadiah, Pembacaan ini biasanya dipimpin oleh seorng tengku yang dianggap paling shaleh dan alim.
1.     Dalil Tentang shamadiah
Dalam pembahasan ini kami hanya akan membahas dalil tentang fadhilah membaca surat Al-Ikhlas, karena surat ikhlas merupakan bacaan yang paling dominan dalam ritual ini.
a.     Sabda Rasulullah SAW:
منقرأقلهواللهأحدفيمرضهالذييموتفيهلميفتنفيقبره،وأمنمنضغطةالقبر،وحملتهالملائكةيومالقيامةبأكفهاحتىتجيزهمنالصراطإلىالجنة
Artinya : Barangsiapa membaca Qul Huwallahu Ahad (surat Al-Ikhlas) sewaktu sakit sehingga dia meninggal dunia, maka ia akan bebas dari fitnah (ujian dan pertanyaan) di dalam kuburnya, akan selamat dari kesempitan kuburnya, dan para malaikat akan membawanya dengan sayap mereka melintasi titian shirathal mustaqim lalu menuju ke dalam Surga[ii].
Derajat hadist :
Hadits ini derajatnya Maudhu’ (PALSU) sebagaimana dinyatakan oleh Syeh Al-Bani.
Hal ini karena di dalam sanadnya terdapat seorang periwayat yang bernama Nashr bin Hammad Al-Balkhy. Ia telah bersendirian dlm meriwayatkan hadits ini sbgmn dikatakan oleh Ath-Thabrani.
Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata tentangnya: “Dia seorang Pendusta. Dan gurunya yg bernama Malik bin Abdullah Al-Azdi, aku tidak mengenalnya[iii].

b.     مَنْقَرَأَسُوْرَةَالاِخْلاَصِفِيعُمْرِهِمَرَّةًوَاحِدَةً،لاَيَخْرُجُمِنَالدُّنْيَاحَتىَّيَرَىمَكَانَهُفِياْلجَنَّةِ
Artinya :  Barang siapa yang membaca surah al-Ikhlas sepanjang umurnya satu kali, maka dia tidak akan keluar dari dunia sampai dia melihat tempatnya di surga.
Imam Ibnu Al-jauzi dan imam Adzahabi menghukumkan hadis ini sebagai hadis palsu[iv]

c.      منقرأ ( قلهواللهأحد ) عشرينمرةبنىاللهلهقصرافيالجنه
Artinya: Barang siapa yang membaca Qul huwallahu Ahad 20 kali maka Allah akan membangun baginya sebuah istana di surga[v].

d.     منقرأ {قلهواللهأحد} مائتيمرة،غفرتلهذنوبمائتيسنة
Barang siapa yang membaca Qul huwallahu Ahad 200 kali maka dosanya akan diampuni selama 200 tahun[vi].
Dan masih banyak lagi hadis tentang keutamaan surat al-ikhlas yang tidak jelas sanadnya (palsu).

Dengan demikian maka kita tidak boleh manjadikan hadis-hadis ini sebagai pedoman untuk kita melakukan ibadah, apalagi sampai menyebar luaskannya, Kalau kita sudah terlanjur menyebarluaskannya maka bersegeralah untuk bertaubat memohon ampunan dari Allah SWT, sebab berbohong atas nama nabi SAW itu berbeda konsekwensinya dengan berbohong kepada sesama manusia.

2.     Dzikir yang Digunakan Setelah Shamadiah
A.    Shalawat
Setelah membaca Shamadiah maka biasanya akan di tutup dengan pemabacaan shalawat-shalawat (sebagaimana yang disebutkan dalam buku ini), yang mana shalawat-shalawat tersebut sejauh yang kami pelajari bukan berasal dari Nabi SAW, Namun berasal dari ijtihad para sebagian ulama, padahal (tanpa mengurangi rasa hormat kami terhadap seorang ulama) dalam kaedah Ushul Fiqh dikatakan “ "الأصل في العبادة التوقيف maksudnya semua permasalahan ibadah harus bersarkan dalil yang shahih dari kitab dan sunnah, dan semua pendapat yang tidak mempunyai landasan yang kuat dari kitab dan sunnah maka tidak bisa dijadikan pegangan, oleh sebab itu, shalawat yang disebutkan dalam buku ini tidak sesuai dengan Sunnah nabi SAW, Karena itu membacanya pun tidak bernilai ibadah alias sia sia.

Diantara redaksi shalawat yang disebutkan dalam buku ini yang tidak kami temukan asalnya dari sunnah adalah:

a.     اللهم صلّ أفضل الصلوة على أسعد مخلوقاتك شمس الضحى محمد وعلى آله وصحبه .....

b.     اللهم صل أفضل الصلوة على أسعد مخلوقاتك نور الهدى محمد وعلى آله وصحبه .........

c.      اللهم صل أفضل الصلوة على أسعد مخلوقاتك بدر الدجى محمد وعلى آله وصحبه عدد ....

ini adalah beberapa redaksi shalawat yang disebutkan dalam buku ini, dan sejauh yang kami pelajari, shalawat ini memang yang sering diucapkan dalam masyarakat Aceh ketika selesai pembacaan shamadiah, Namun sayangnya setelah kami mempelajari dan mentakhrij hadis shalawat yang disebutkan diatas, Kami tidak menemukan sanadnya, artinya jangankan Shahih atau Dhaif bahkan Maudhu’sekalipun tidak kami temukan.
Alangkah sangat miris dan disayangkan jika dalam masyarakat kita lebih mempopulerkan shalawat yang tidak ada asalnya sama sekali dari syara’, Sedangkan shalawat yang diajarkan oleh Nabi SAW tidak begitu mendapatkan perhatian.
karena itu kami memandang pentingnya memaparkan beberapa shalawat yang berasal dari Nabi SAW, Agar setidaknya menjadikan pencerahan bagi kita semua untuk selalu berpegang pada Sunnah Nabi SAW, dan semoga Shalawat yang kita baca sampai kepada Rasulullah SAW, sehingga dapat menjadikan syafaat bagi kita di hari kiamat nanti

Berikut beberapa shalawat yang kami sadur dari hadis shahih:
a.     اللهمصلعلىمحمدوعلىآلمحمدكماصليتعلىإبراهيموعلىآلإبراهيمإنكحميدمجيداللهمباركعلىمحمدوعلىآلمحمدكماباركتعلىإبراهيموعلىآلإبراهيمإنكحميدمجيد[vii].

b.     اللهمصلعلىمحمدوعلىأزواجهوذريتهكماصليتعلىإبراهيم،وباركعلىمحمدوعلىأزواجهوذريتهكماباركتعلىإبراهيم،إنكحميدمجيد[viii].

c.      اللهمصلعلىمحمدوعلىآلمحمدكماصليتعلىآلإبراهيموباركعلىمحمدوعلىآلمحمدكماباركتعلىآلإبراهيمفيالعالمينإنكحميدمجيد[ix].

d.     اللهمصلعلىمحمدعبدكورسولككماصليتعلىآلإبراهيموباركعلىمحمدوعلىآلمحمدكماباركتعلىإبراهيم[x].

e.     اللهمصلعلىمحمدوعلىآلمحمدوباركعلىمحمدوعلىآلمحمدكماصليتوباركتعلىإبراهيموعلىآلإبراهيمإنكحميدمجيد[xi].

Inilah beberapa Shalawat shahih yang warid dari nabi Shallahu ‘alaihi wasalam,karena itualangkah sangat miris jika kita bershalawat ke atas Nabi SAW dengan shalawat yang sama sekali tidak diajarkan oleh beliau Shallallahu ‘alahi wasalam, sedangkan shalawat yang berasal dari hadis shahih kita tidak menghapalnya bahkan tidak mengenalnya, dan yang lebih parahnya lagi jika menyakini bahawasanya shalawat yang tidak berasal dari Sunnah merupakan shalawat terbaik dan mendatangkan pahala.

B.    Mengirimkan Pahala Shamadiah kepada Mayat
Didalam buku ini disebutkan bahwasanya setelah membaca shalawat, maka pemimpin shamadiah akan mengirimkan pahala shamadiah kepada si mayat, terjadi perbedaan pendapat ulama dalam membahas masalah ini, Yaitu hukum membaca Shamadiah atau Fatihahataupun Al-qur’an dan kemudian menghadiahkan pahalanya kepada si mayat, berikut kami paparkan beberapa pendapat ulama dalam permasalahan ini:
a)     Dalil Ulama yang mengatakan sampainya pahala kepada si mayat
1.     Hadits ’Aisyah radliyallaahu ’anhaa bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatangi Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam dan berkata :

يارسولاللهإنأميافتلتتنفسهاولمتوصوأظنهالوتكلمتتصدقتأفلهاأجرإنتصدقتعنهاقالنعم

”Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya kira, jika ia sempat berbicara niscaya ia akan bershadaqah. Adakah baginya pahala jika saya bershadaqah untuknya ?”. Maka beliau shallallaahu ’alaihi wasallam menjawab : ”Ya”[xii].

2.     Hadits Abu Qatadah radliyallaahu ‘anhu dimana ia pernah menanggung (melunasi) hutang sebesar dua dinar dari si mayit yang kemudian dengan itu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الآنحينبردتعليهجلده
“Sekarang, menjadi dinginlah kulitnya”[xiii].
Dalil dalil yang disebutkan diatas kemudian diqiyaskan dengan ibadah ibadah yang lain, dalam hal ini adalah seperti membaca qur’an atau shamadiah dan fatihah, artinya kalau ibadah sperti sedekah bisa di kirimkan pahalanya kepada si mayat maka mengirimkan pahala shamadiah pun sampai pahalanya kepada si mayat.



b)    Dalil Ulama yang mengatakan tidak sampai
1.     Firman Allah ta’ala :
وَأَنلّيْسَلِلإِنسَانِإِلاّمَاسَعَى
“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya” [QS. An-Najm : 39].

Ayat ini mengandung pengertian : ”Semua perbuatan Hamba akan di balas sesuai dengan perbuatannya sendiri”.

2.     Hadits Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
إذاماتالإنسانانقطععنهعملهإلامنثلاثةإلامنصدقةجاريةأوعلمينتفعبهأوولدصالحيدعوله
”Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali atas tiga hal : shadaqah jaariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya”[xiv].
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengatakan :
وأماقراءةالقرآنفالمشهورمنمذهبالشافعيأنهلايصلثوابهاإلىالميت........ ودليلالشافعيوموافقيهقولاللهِتعالى : وَأَنلّيْسَلِلإِنسَانِإِلاّمَاسَعَى. وقولالنبيصلىاللهعليهوسلم : إذاماتابنآدمانقطععملهإلامنثلاث: صدقةجاريةأوعلمينتفعبهأوولدصالحيدعوله

”Adapun bacaan Al-Qur’an (yang pahalanya dikirmkan kepada si mayit), maka yang masyhur dalam madzhab Syafi’i adalah bahwa perbuatan tersebut tidak akan sampai pahalanya kepada mayit yang dikirimi...... Adapun dalil Imam Syafi’i dan para pengikutnya adalah firman Allah (yang artinya) : ”Dan tidaklah seseorang itu memperoleh balasan kecuali dari yang ia usahakan” (QS. An-Najm : 39); dan juga sabda Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam (yang artinya) : ”Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali atas tiga hal : shadaqah jaariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya”[xv].
Ibnu Katsiir dalam Tafsir-nya ketika menafsirkan Surat An-Najm ayat 39 berkata :
أيكمالايحملعليهوزرغيره, كذلكلايحصلمنالأجرإلاماكسبهولنفسه, ومنهذهالاَيةالكريمةاستنبطالشافعيرحمهاللهومناتبعه, أنالقراءةلايصلإهداءثوابهاإلىالموتى, لأنهليسمنعملهمولاكسبهمولهذالميندبإليهرسولاللهصلىاللهعليهوسلمأمتهولاحثهمعليهولاأرشدهمإليهبنصولاإيماء, ولمينقلذلكعنأحدمنالصحابةرضياللهعنهم, ولوكانخيراًلسبقوناإليه, وبابالقرباتيقتصرفيهعلىالنصوصولايتصرففيهبأنواعالأقيسةوالاَراء

”Yakni sebagaimana dosa seseorang tidak dapat menimpa kepada orang lain. Demikian juga manusia tidak memperoleh pahala melainkan dari hasil amalnya sendiri. Dan dari ayat yang mulia ini (ayat 39 QS. An-Najm), Imam Asy-Syafi’i dan ulama-ulama lain yang mengikutinya mengambil kesimpulan bahwa bacaan yang pahalanya dikirimkan kepada mayit adalah tidak dapat sampai, karena bukan dari hasil usahanya sendiri. Oleh karena itu Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam tidak pernah menganjurkan umatnya untuk mengamalkannya (pengiriman pahala bacaan), dan tidak pernah memberikan bimbingan, baik dengan nash maupun dengan isyarat. Dan tidak ada seorang shahabat pun yang pernah mengamalkan perbuatan tersebut. Kalaupun amalan semacam itu memang baik, tentu mereka lebih dahulu mengerjakannya, padahal amalan pendekatan diri kepada Allah tersebut hanya terbatas pada nash-nash (yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan tidak boleh dipalingkan dengan qiyas-qiyas dan pendapat-pendapat”[xvi].

Tarjih
Setelah kami mempelajari kedua dalil yang tersebut diatas, maka kami  mengambil kesimpulan bahwasanya pendapat ulama yang mengatakan tidak sampainya pahala bacaan qur’an,fatihah ataupun shamadiah tidak sampai pahalanya kepada mayat, disamping itu juga pendapat ini merupakan pendapat masyhur dalam kalangan Syafiiah sebagaimana yang telah disebutkan oleh imam Annawawi rahimahullah.
Disamping itu seorng hamba tidak akan memperoleh pahala kecuali dari perbuatannya sendiri, Hanya 3 hal saja yang bisa bermanfaat bagi si mayit ketika ia mati, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang shaleh, selain 3 hal tersebut maka mengirimkan pahala kepada simayat adalah amalan sia sia, Adapun beberapa dalil yang menjelaskan tentang sampainya amal dan pahala kepada mayat merupakan kasus-kasus tertentu sebagai pengkhususan (takhshish) atas keumuman ayat. Oleh karena itu, tidak bisa ia diqiyaskan dengan kasus-kasus (amal-amal) lain secara mutlak, Disamping itu tidak terdapat satupun atsar shahabi ataupun hadis yang menerangkan kalau Nabi Shallalahu ‘alahi wasallam ataupun para sahabat pernah mengirimkan pahala fatihah atau shamadiah kepada para syuhada yang wafat, ini menunjukkan bahwasanya amalan ini bukanlah Sunnah nabi, kalaulah ini memang Sunnah pastilah para shahabat orang yang pertama melakukannya, Sebab tiada Sunnah yang sangat dianjurkan oleh rasulullah SAW kecuali merekalah orang yang pertama melakukannya. Wallahu A’lam Bi Shawab.

                 II.            Kesimpulan
Setelah penjelasan yang telah kami paparkan diatas, maka kami berpandangan bahwasanya penulisan adzkar shamadiah didalam buku ini harus dihilangkan, sebab tidak sesuai dengan Sunnah nabi SAW.
Semoga tulisan kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua, tentu saja dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, Karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari guru guru kami sekalian, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua.
سبحانك اللهم وبحمدك نستغفرك ونتوب إليه نشهد أن لا إله إلا الله

              III.            Daftar Pustaka
a)     Al-Mu’jam Al-Ausath, At-Thabrani
b)    Silisilah hadis dhaif, Nashiruddin Al-Albani
c)     Al-Maudhu’at, Ibnul Jauzi
d)    Shahih Bukhari, Bukhari
e)     Shahih Muslim, Muslim Asy-Syaibani
f)      Mustadrak Hakim, Hakim
g)     Syarh Shahih Muslim, Imam Annawawi
h)    Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim
i)       Sunan Annasai, Annasai
j)       Sunan Abi Daud, Abi Daud


                                   




[i].Lih: Tgk.alizar Blogspot
[ii]Lih: Ath-Thabrani/Al-Mu’jam Al-Ausath II/54, dan Abu Nu’aim II/213.
[iii]Lih: Silsilah Al-Ahaadiits Adh-Dho’iifah Wa Al-Maudhuu’ah (I/473)
[iv] Lih: al-Mawdu’at, jil. 2, hal. 128
[v] Lih: Silsilah hadis dhaif : 1351
[vi] Lih: Silsilah hadis dhaif : 295
[vii]Lih: HR. Bukhari 4/118, 6/27, dan 7/156, Muslim 2/16, Abu Dawud no. 976, 977, 978, At Tirmidzi 1/301-302
[viii]Lih: HR. Bukhari 4/118, 7/157, Muslim 2/17, Abu Dawud no. 979, An Nasa-i dalam “Sunan” nya 3/49, Ibnu Majah no. 905
[ix]Lih: HR Muslim 2/16, Abu Dawud no. 980, At Tirmidzi 5/37-38, An Nasa-i dalam “Sunan” nya 3/45, Ahmad 4/118, 5/273-274
[x]Lih: HR Bukhari 6/27, 7/157, An Nasa-i 3/49, Ibnu Majah no. 903
[xi]Lih: HR Ath Thowawiy dalam “Musykilul Atsaar” 3/75, An Nasa-i dalam “Amalul Yaum wal Lailah” no 47
[xii]Lih: HR. Bukhari no. 1322 dan Muslim no. 1004
[xiii]Lih: HR. Al-Hakim 2/74 bersama At-Tattabu’ no. 2401
[xiv]Lih: HR. Muslim no. 1631
[xv]Lih: Syarh Shahih Muslim oleh An-Nawawi 1/90
[xvi]Lih: Tafsir Al-Qur’aanil-’Adhiim li-Bni Katsiir

DAYAH ULUMUDDIN KEMBALI MEMBUKA PENERIMAAN MURID BARU TAHUN 2019

Assalamu'alaikum.wr.wb.

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT., shalwat beserta salam marilah kita ayunkan kepada baginda besar Nabi Muhammad saw,. Ammaba'du...

Alhamdulillah, setelah sekian lama Dayah Ulumuddin berdiri dan telah mencetak berbagai kader yang telah berperan aktif dalam berbagai bidang. Pada 01 Februari 2019 Dayah Ulumuddin kembali menerima murid baru, bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan putra dan putrinya silahkan datang ke Komplek Dayah Ulumuddin di Jalan H Meunasah Uteunkot Cunda Lhokseumawe.








Terimakasih sudah hadir berkunjung, silahkan mendaftar sebelum terlambat. Untuk mengupdate berita Dayah Ulumuddin silahkan kunjungi Youtube Official Dayah Ulumuddin.


PIDATO BAHASA ARAB SANTRI WATI DAYAH ULUMUDDIN LHOKSEUMAWE PART-2

ASSALAMU'ALAIKUM YA IKHWAN


Dayah Ulumuddin - Nasehat Sang Guru Yang Membuat Mereka Menangis..

AGENDA YANG DINANTIKAN PADA WISUDA ANGKATAN TAHUN 2014-2015